Pembentukan Frasa
Bilfath
Apa yang Anda ketahui tentang frasa? Samakah frasa dengan kelompok kata? Apa hubungannya dengan kata maje-muk? Untuk memahami lebih jauh tentang konsep frasa, terle-bih dulu tentukan mana yang frasa dan mana pula yang bukan frasa dari contoh berikut. Lakukanlah diskusi dengan teman Anda. (1) sedang berlatih (2) rumah makan (3) rumah ayah (4) Rumah ayah sedang diperbaiki. (5) Rumah makan selalu menyediakan makanan pokok. (6) Rumah makan kami tidak menyediakan es buah. (7) Kami ingin belajar di ruang tamu. (8) Saya membeli buku. (9) Saya beli buku. (10) Saya guru. (11) Sawah ladang dijualnya. Nah, agar Anda tidak bingung, ikuti paparan berikut dengan cermat. Istilah frasa oleh sebagian orang sering dikacau-kan dengan kelompok kata. Pada satu sisi kelompok kata sering dipertentangkan pula dengan kata majemuk. Sementara itu, di depan, Anda telah mempelajari pembentukan kata, yang me-nyangkut pemajemukan. Pada bagian itu Anda memperoleh keterangan bahwa kata majemuk berbeda dengan kelompok kata biasa. Apakah yang terakhir ini (kelompok kata biasa) yang disebut dengan frasa? Nanti dulu. Memang benar bahwa frasa pada umumnya berupa kelompok kata, namun tidak seluruhnya. Cermati baik-baik latihan di atas. Manakah yang meru-pakan frasa? Apakah contoh (1), (2), dan (3) merupakan frasa? Jika Anda menyatakan bahwa itu frasa, Anda harus mencoba memahami dengan cermat uraian selanjutnya sebab jawaban Anda salah. Mengapa salah? Bukankah frasa itu kelompok ka-ta? Barangkali Anda akan menjawab bahwa (1) dan (3) frasa, se-dangkan (2) merupakan kata majemuk. Jawaban Anda masih belum tepat seluruhnya. Sebenarnya, contoh (1), (2), dan (3) merupakan kelom-pok kata. Namun, contoh (2) merupakan kelompok kata yang ber-bentuk kata majemuk, sedangkan contoh (1) dan (3) bukan. Sebut saja contoh (1) dan (3) merupakan kelompok kata biasa. Mengapa (1) dan (3) tidak dapat disebut frasa? Frasa sebenarnya berada dalam tataran sintaktis, sedangkan contoh (1), (2), dan (3) bukan contoh kalimat sehingga tidak berada dalam tataran sintaktis. Karena itu, kelompok kata itu baru dapat disebut frasa apabila berada dalam kalimat. Rasanya, Anda sebenarnya akan mengatakan bahwa pa-da (4) terdapat dua frasa, yakni rumah ayah dan sedang diperbaiki. Pernyataan Anda tersebut tidak salah karena memang kedua-nya berada dalam kalimat. Dengan kata lain, keduanya meru-pakan bagian kalimat. Sekarang Anda harus berhati-hati sebab meskipun struktur, bentuk, dan maknanya sama, pada contoh (3) rumah ayah tidak boleh disebut frasa, tetapi kelompok kata biasa; se-dangkan rumah ayah pada (4) merupakan frasa. Begitu pula hal-nya dengan struktur rumah makan. Pada (2) rumah makan bukan frasa, melainkan kelompok kata yang berupa kata majemuk; se-dangkan pada (5) rumah makan merupakan frasa. Dengan demi-kian, di dalam kalimat, frasa dapat berupa kelompok kata dan dapat pula berupa kata majemuk, bahkan ada yang merupakan gabungan ke-duanya, seperti yang tampak pada (6), yakni rumah makan kami. Mudah-mudah Anda mulai memahaminya sebab, tam-paknya, hal ini bertentangan dengan konsep Anda sebelumnya, yakni yang menganggap bahwa frasa adalah kelompok kata yang menduduki satu fungsi tertentu atau tidak melampaui ba-tas fungsi. Karena itu, Anda akan berpendapat bahwa frasa ha-ruslah berupa kelompok kata, yakni terdiri atas lebih dari satu kata dan frasa selalu hanya menduduki satu fungsi, seperti S, P, O, atau K. Sebenarnya, berdasarkan konsep ini saja Anda seha-rusnya menyadari bahwa (1), (2), dan (3) bukan frasa karena fungsi kalimatnya tidak jelas. Sekarang bagaimana halnya dengan kalimat (5)—(11)? Ada berapa frasa pada masing-masing kalimat tersebut? Jika Anda berpegangan pada konsep tadi, Anda akan mengatakan bahwa pada (5) terdapat tiga frasa, yakni rumah makan, selalu menyediakan, dan makanan pokok. Pada (6) Anda juga akan ber-pendapat bahwa dalam kalimat tersebut terdapat tiga frasa, yakni rumah makan kami, tidak menyediakan, dan es buah. Pada (7) Anda barangkali akan mengatakan bahwa dalam kalimat itu hanya terdapat dua frasa, yakni ingin belajar dan di ruang tamu. Pada (8), (9), (10), dan (11) mungkin Anda akan mengatakan bahwa dalam kalimat-kalimat tersebut tidak terdapat frasa se-bab setiap fungsi kalimat itu hanya diisi oleh satu kata, kecuali kalimat (11), yakni sawah ladang. Namun, sawah ladang pun me-rupakan kata majemuk sehingga bukan frasa. Begitu pula pada (7), Anda barangkali juga akan menga-takan bahwa kami yang berfungsi sebagai S bukanlah frasa se-bab merupakan kata, bukan kelompok kata. Bila itu jawabannya, Anda harus terus mengikuti dengan cermat uraian berikut se-bab seluruh jawaban itu salah. Sebenarnya, dalam kalimat (5) terdapat dua frasa, bukan tiga. Kedua frasa tersebut adalah rumah makan dan selalu menye-diakan makanan pokok. Bukankah rumah makan berfungsi sebagai S, selalu menyediakan sebagai P, dan makanan pokok sebagai O. Ja-waban Anda benar. Namun, perhatikan dengan cermat perilaku hubungan P dengan O. Hubungan keduanya sangatlah erat se-hingga sebenarnya keduanya merupakan satu kesatuan. Karena itu, keduanya hanya merupakan satu frasa. Hubungan yang erat itu dapat kita uji dengan permutasi, yakni dengan cara me-mindahkan letak unsur-unsurnya. Jika pemindahan itu tidak mengakibatkan perubahan makna, pengelompokkan itu benar adanya. Untuk itu, perhatikan contoh berikut. *(5a) Makan rumah menyediakan selalu pokok makanan. *(5b) Rumah makan makanan pokok selalu menyediakan. *(5c) Makanan pokok selalu menyediakan rumah makan. Pada (5a) akan terlihat bahwa antara rumah dan makan tidak dapat saling menggantikan posisinya. Hal itu terjadi kare-na rumah makan memang hanya satu frasa. Pada (5b) maupun (5c) ternyata juga tidak dihasilkan kalimat dengan makna yang sama dengan (5). Hal itu menunjukkan bahwa antara P dan O hubungannya sangat erat. Karena itu, keduanya hanyalah satu frasa. Dengan demikian, kurang benar jika dikatakan bahwa sa-tu frasa hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Pada (5) dan (6) Anda melihat bahwa terdapat satu frasa yang di dalam-nya ada fungsi P dan O. Pada (7), kata kami sebenarnya merupakan frasa karena melalui permutasi kita dapat melihat bahwa kami merupakan satu kesatuan. Perhatikan perubahan (7) melalui permutasi di bawah ini. (7a) Ingin belajar di ruang tamu kami. (7b) Ingin belajar kami di ruang tamu. (7c) Di ruang tamu ingin belajar kami. (7c) Di ruang tamu kami ingin belajar. Nah, sebenarnya frasa dapat saja hanya terdiri atas satu kata. Frasa tidak harus berupa kelompok kata. Karena itu, wajar bahwa frasa disejajarkan atau kadang dipertentangkan dengan kelompok kata. Sekarang bagaimana pendapat Anda tentang kalimat (8)? Ada berapa frasa dalam kalimat itu? Nah, sekarang betul bahwa Anda mengatakan kalimat itu terdiri atas dua frasa, yakni saya, yang berfungsi sebagai S dan membeli buku, yang masing-masing berfungsi sebagai P (membeli) dan O (buku). Ka-limat (9) juga hanya terdiri atas dua frasa. Namun, jangan keliru penentuannya sebab frasa kalimat (9) adalah saya beli dan buku. Mengapa demikian? Konstruksi (9) merupakan konstruksi pa-sif. Untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang ini, ikuti pada uraian struktur kalimat aktif dan pasif di belakang. Karena itu, untuk sementara jika Anda belum memahaminya, tangguhkan dulu. Untuk kalimat (10), pasti Anda tahu bahwa kalimat tersebut terdiri atas dua frasa, yakni saya, yang berfung-si sebagai S dan guru, yang berfungsi sebagai P. Selanjutnya, ka-limat (11) juga terdiri atas dua frasa. Selamat Anda telah sukses. Jika masih merasa belum yakin, diskusikan dengan teman An-da. Sekarang carilah ciri-ciri (indikator) suatu frasa. Tulis dalam catatan Anda atau di pias-pias kosong buku ini. Secara umum, jika berupa kelompok kata, frasa dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yakni frasa endosen-tris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris, seperti halnya kata majemuk bertingkat, memiliki satu unsur yang dominan, yang menjadi inti, seperti rumah pada (4), (5), dan (6). Pada (4) kata diperbaiki merupakan inti pada frasa sedang diperbaiki. Pada (5) dan (6) inti frasa kedua adalah menyediakan. Pada frasa kedua kalimat (7) intinya adalah belajar dan pada frasa ketiga yang menjadi inti adalah di, bukan ruang. Frasa kedua pada (8) ada-lah membeli dan frasa pertama pada (9) adalah beli yang menjadi intinya. Frasa eksosentris terdapat pada frasa sawah ladang dalam kalimat (11). Pada frasa itu antara sawah dan ladang tidak ada yang dominan atau sebagai intinya. Dalam struktur kalimat, konstruksi frasa itu memiliki nama berdasarkan kategori kata pada intinya sehingga bila yang menjadi inti berupa nomina, frasa tersebut disebut frasa nomina (disingkat FN), seperti rumah makan pada (5). Lalu, ba-gaimana halnya dengan frasa yang hanya terdiri atas satu kata? Karena hanya satu kata, kata itulah yang menjadi inti sehingga sama saja dengan bentuk-bentuk sebelumnya, seperti guru pada (10) merupakan FN. Bagaimana pula dengan frasa yang ekso-sentris? Penamaannya juga mudah. Bukankah pada frasa jenis ini kategori kata unsur pembentuknya sejenis? Karena sejenis, penyebutan satu dapat untuk keduanya, seperti sawah ladang pada (11) merupakan FN. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hal itu, berikut ini dikutipkan lagi kesebelas kalimat di atas dengan diberi notasi frasa di bawahnya. (1) sedang berlatih kelompok kata biasa, bukan frasa (2) rumah makan kata majemuk, bukan frasa (3) rumah ayah kelompok kata biasa, bukan frasa (4) Rumah ayah sedang diperbaiki. FN (frasa nomina) FV (frasa verba) (5) Rumah makan selalu menyediakan makanan pokok. FN FV (6) Rumah makan kami tidak menyediakan es buah. FN FV (7) Kami ingin belajar di ruang tamu. FN FV Fprep ( frasa preposisi) (8) Saya membeli buku. FN FV (9) Saya beli buku. FV FN (10) Saya guru. FN FN (11) Sawah ladang dijualnya. FN FV